Selasa, 18 Agustus 2009

Hadits Shahih

A. HADITS SHOHIH
I. Pengertian
Hadits Shohih Ialah hadits yang diriwayatkan oleh rowi yang adil, sempurna ingatan atau hapalan, sanadnya bersambung, tidak ada illat (penyakit) dan tidak syad (janggal).
1. Arti adil dalam periwayatan adalah yang mempunyai kekuatan jiwa yang membawanya untuk selalu bertakwa dan mempunyai sifat muru'ah (seperti makan dijalan umum dan membuang air kecil disembarang tempat).
2. Sempurna ingatan (kuat Hapalan) maksudnya ingatanya lebih banyak daripada lupanya.
3. Bersambung sanadnya ialah sanad yang selamat dari keguguran. Dengan kata lain bahwa tiap-tiap rowi yang saling bertemu dan menerima langsung dari guru yang memberinya.
4. Illat ialah suatu penyakit yang samar-samar yang dapat menodai keshohihan suatu hadits.
5. Kejanggalan (Shad) ialah suatu hadits itu, terletak kepada adanya perlawanan antara suatu hadits yang diriwayatkan oleh rowi yang maqbul (diterima) dengan hadits yang diriwayatkan oleh rowi yang rokih (kuat) dari padanya, disebabkan dengan adanya kelebihan jumlah sanad atau kelebihan dalam ke dhobitan rowinya atau adanya segi-segi tarjih yang lain.

II. Klasifikasi Hadits Shohih
Hadits Shohih terbagi kepada dua bagian:
1. Shohih Li-dzatih
2. Shohih Li-ghoirih

Hadits Shohih yang memenuhi syarat-syarat seperti tersebut diatas, disebut Hadits Shohih Li-dzatih. Kedhobitan seorang rowi yang kurang sempurna, menjadikan Hadits Li-dzatih turun nilainya menjadi Hadits Hasan Li-dzatih. Akan tetapi jika kekurang sempurnaan rawi tentang kedlabithannya itu dapat ditutup, misalnya hadits hasan li-dztih tersebut mempunyai sanad lainyang lebih dlabith, naiklah hadits hasan li-dzatih ini, menjadi hadits shahih li-ghairih.
Akan tetapi jika kekurang sempurnaan rowi tentang kedlabithannya itudapat ditutup, misalnya hadits hasan li-dzatih tersebut mempunyai sanad lain yang lebih dlobith, naiklah hadits hasan li-dzatih ini, menjadi hadits Shohih li-ghirih. Dengan demikian secara definisi hadits Shohih li-ghoirih itu ialah Hadits yang keadaan rowi-rowinya kurang dhobit (hapalan) tetapi mereka masih terkenal orang jujur , hingga karenanya berderajat hasan, lalu didapati padanya dari jalan lain yang serupa atau lebih kuat, hal-hal yang dapat menutupi kekurangan yang menimpanya itu.
Contoh Hadits shohih li-ghairih, ialah hadits bukhary dari Ubay bin Al-Abbas bin sahal dari ayahnya ('Abbas) dari neneknya (sahal), katanya:
كان النبى صلعم فى حائطنا فرس يقال له اللحيف. "Konon Rosululloh mempunyai seokor kuda, ditaruh dikandang kami yang diberi nama Al-Luhaif."
Ubay bin Al-abbas oleh Ahmad, Ibnu Ma'in dan An-Nasa'iy dianggap rawi yang kurang baik hapalannya. Oleh karena itu hadits tersebut berderajat Hasan Li-dzatih. Tetapi oleh karena hadits Ubay tersebut mempunyai Mutabi' yang diriwayatkan oleh Abdul Muhaimin, maka naiklah derajatnya dari hasan li-dzatih menjadi shohih li-ghoirih.

III. Martabat Hadits Shohih
Kekuatan hadits Shohih itu, berlebih kurang mengingat berlebih kurangnya sifat kedlabithan dan keadilan rowinya. Hadits Shohih yang paling tinggi derajatnya ialah hadits yang bersanad ashahhu'l-asanid.

IV. Istilah-istilah Penyusun Hadits Yang Diterapkan Kepada Hadits Shihih
وفيه أصح الأسانيد
Hadits yang dinilai seperti ini rentetan-rentetan sanad yang lebih Shohih. Martabat hadits tersebut sangat tinggi, karenanya harus diutamakan daripada yang lain:
وفىاسناده مقال
Sanad hadits ini perlu diselidiki lebih lanjut, disebabkan diantara sanadnya terdapat orang yang dipertengkarkan tentang keadaan dan kelakuanya. Oleh karenanya hadits ini belum segera dapat diamalkan, selama belum jelas sanadnya atau memperoleh sokongan dari hadits lain.


هذاحديث صحيح
Hadits ini mustahil sanadnya, serta melengkapi segala syarat hadits shohih.
Dan masih banyak lagi istilah-istilah Hadits Shohih lainnya.